Sabtu, 23 Februari 2019

Kerajaan Tarumanegara


KERAJAAN TARUMANEGARA


       Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu yang terletak di daerah lembah Sungai Citarum, Jawa Barat. Pendiri kerajaan ini adalah Jayasinghawarman. Kerajaan ini berdiri kira-kira pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M, dan beribu kota di Jayasinghapura. Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon. (Sumber : Wikipedia & SlideShare)

Menurut Naskah Wangsakerta nama-nama raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara dan masa pemerintahannya adalah : (Sumber WIKIPEDIA)

NO
RAJA
MASA PEMERINTAHAN
1
358-382 M
2
382-395 M
3
395-434 M
4
Wisnuwarman
434-455 M
5
Indrawarman
455-515 M
6
Candrawarman
515-535 M
7
Suryawarman
535-561 M
8
Kertawarma
561-628 M
9
Sudhawarman
628-639 M
10
Hariwangsawarman
639-640 M
11
Nagajayawarman
640-666 M
12
Linggawarman
666-669 M

v KEHIDUPAN POLITIK

Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman yang bergelar Sri Maharaja diwisuda menjadi raja menggantikan ayahandanya, 2 tahun sebelum beliau wafat. Ayahandanya Rajersi Dharmayawarman mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan memilih hidup di pertapaan menempuh manurajasunya. Purnawarman diwisuda menjadi raja pada tahun 395 M.
Tindakan yang diambil Purnawarman ialah memindahkan ibu kota kerajaan ke sebelah utara ibu kota lama Jayasingapura. Ibu kota yang baru itu diberi nama Sundapura = Kota Sunda atau sudha atau sundha, yang berarti bersih, jernih, murni. (Sumber : SlideShare & nerajulianielf.blogspot.co.id)

v KEHIDUPAN SOSIAL

Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan  di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa. (Sumber : SlideShare & falah-kharisma.blogspot.com)

v KEHIDUPAN EKONOMI

Mata pencaharian masyarakat Tarumanegara adalah bertani dan berdagang. Menurut berita yang ditulis Fa-Hien barang yang diperdagangkan adalah cula badak, kulit penyu dan perak. Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km).
Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat karena dapat dipergunakan sebagai sarana lalu - lintas pelayaran antardaerah di kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. (Sumber : Wikipedia & falah-kharisma.blogspot.com)

v MASA KEJAYAAN

 Kerajaan ini mengalami masa kejayaan atau masa keemasan sekitar 3 generasi dari awal pembentukannya. Kerajaan ini berhasil mencapai masa kejayaan pada kepemimpinan raja ketiga, raja Purnawarman, cucu dari Rajadirajaguru Jayasingawarman.
Pada masa ini, Tarumanegara mengalami perkembangan pesat. Raja Purnawarman memperluas wilayah kerajaan melalui ekspansi ke kerajaan-kerajaan kecil di sekitar kekuasaannya, Raja Purnawarman juga membangun berbagai infrastruktur yang mendukung perekonomian kerajaan. Adapun salah satunya adalah sungai Gomati dan Candrabaga. Kedua sungai ini selain untuk mencegah terjadinya banjir saat musim hujan, juga berperan penting dalam pengairan lahan pertanian sawah yang dulu menjadi salah satu penggerak kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Tarumanegara. Masa kepemimpinan Raja Purnawarman dianggap sebagai masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara selain itu juga karena kemampuan kerajaan yang mampu berkurban 1000 ekor sapi saat pembangunan ke dua sungai itu. (Sumber : kisahasalusul.blogspot.com & www.satujam.com)

v MASA KERUNTUHAN

Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara. (Sumber : Wikipedia)

v PENINGGALAN KERAJAAN TARUMANEGARA

Hingga saat ini ada 7 buah prasasti yaitu :
-Prasasti Ciaruteun
-Prasasti Jambu
-Prasasti Kebon Kopi
-Prasasti Tugu
-Prasasti Pasir Awi
-Prasasti Muara Cianten
-Prasasti Cidanghiyang

Ø Prasasti Cidanghiyang


Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiyang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman. (Sumber : Wikipedia)

Ø Prasasti Ciaruteun


Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.
Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
1.     Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut).
2.     Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat. (Sumber : Wikipedia)

Ø Prasasti Jambu


Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Purnawarman. (Sumber : Wikipedia)


Ø Prasasti Kebon Kopi


Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Indra. (Sumber : Wikipedia)


Ø Prasasti Tugu


Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:
1.     Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
2.     Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
3.     Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja. (Sumber : Wikipedia)

Ø Prasasti Pasir Awi


Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Sukamakmur Jonggol , juga tertulis gambar ranting pohon dan buah yang dihiasi sepasang telapak kaki sang raja. (Sumber : Wikipedia)

Ø Prasasti Muara Cianten


Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki. (Sumber : Wikipedia)